UVERS Inisiasi Kreativitas Pelaku Seni Batam Dengan Bincang Seni Dance On Frame

[post-views]

Meski dalam kondisi yang serba terbatas, kondisi Pandemi Covid-19 yang sedang melanda Indonesia dan dunia tidak menyurutkan semangat Fakultas Seni Universitas Universal (UVERS) untuk terus memperkaya wawasan mahasiswa sekaligus menginspirasi pelaku seni di Kota Batam. UVERS sebagai satu-satunya perguruan tinggi di Kepulauan Riau yang memiliki Fakultas Seni menyelenggarakan Bincang Seni Online dengan tajuk Dance on Frame.

Bincang Seni yang dilaksanakan pada Selasa (02/12) melalui Zoom Meeting tersebut menghadirkan Dr. Yola Yulfianti, M.Sn selaku Ketua Komite Tari Dewan Kesenian Jakarta dan Akbar Yumni selaku Programmer IMAJITARI International Dance Film Festival sebagai pembicara. “Bincang seni merupakan kegiatan gladi nalar bagi civitas akademik dan membawakan manfaat bagi masyarakat sekitar.” Ujar Widyanarto, S.Sn., M.Sn selaku Dekan Fakultas Seni UVERS. Dalam kesempatan tersebut ia juga mengapresiasi bicang seni Dance on Frame tersebut sebab pembahasan tersebut mengupas perkembangan koreografi yang melakukan penciptaan melalui medium layar.

Dalam sambutannya, Ketua Dewan Kesenian Jakarta, Danton Sihombing, S.Sn., MFA menerangkan bahwa bincang seni kali ini bertujuan untuk mensosialisasikan dance film. Ia menjelaskan bahwa dance film  telah menjadi alternatif ruang ekspresi bagi seniman di bidang tari dan film. Kemunculan genre tari ini juga menunjukkan fenomena perkembangan praktek tari dan kemungkinan penciptaan gerak tari melalui sentuhan sinematografi.

Bincang seni dibagi menjadi dua sesi, Akbar Yumni memulai pembahasan dengan menjelaskan perkembangan dance film dari masa ke masa. Akbar menjelaskan bahwa sebenarnya sejarah dance film telah dimulai sejak tahun 1899 saat Louis Lumiere menciptakan karya Serpertine Dance dan dilanjutkan dengan penciptaan karya Fire Dance pada tahun 1906. Namun kesadaran spesifik tentang dance film justru muncul saat Maya Deren membuat projek dengan judul a study in choreography for camera pada tahun 1945.

Akbar Yumni mengilustrasikan dance film sebagai kerja kolaboratif antara koreografer dan sinematografer, dapat juga diandaikan koreografer bekerja dengan cara sinematografi. Dengan kata lain, panggung sebagai wahana ekspresi digantikan dengan layar atau screen. Dr. Yola Yulfianti, M.Sn menerangkan bahwa dance film ia jelaskan sebagai menari bersama kamera. Dimana kamera menjadi perpanjangan dari gerak tari itu sendiri. Karya yang biasanya ditampilkan di panggung pun bergeser untuk ditampilkan melalui frame.

Dalam penjelasannya, Dr. Yola Yulfianti juga menunjukkan karya-karya dance film yang pernah ia ciptakan melalui riset-riset yang dilakukan, yaitu Suku Yola dan Chegares. Chegares yang berarti cewek gang rese tersebut diciptakan berdasarkan pengalaman Dr. Yola Yulfianti saat ia mengajar di Kampung Johar Jakarta. Pengalaman-pengalaman yang ditemukan di sana kemudian dikreasikan menjadi dance film. (AS)

Scroll to Top