Batam, 5 Februari 2021 – Universitas Universal (UVERS) kembali menunjukkan eksistensinya melalui keikutsertaan dalam sebuah kompetisi. Kali ini tidak hanya mahasiswa yang aktif, namun dosen juga ikut aktif dalam mengukir prestasi.  Melalui lomba mengajar online tingkat Internasional yang bernama “The First Global Microlecture Competition of Overseas Chinese Teaching”, beberapa dosen dari Fakultas Pendidikan, Bahasa dan Budaya yaitu Stephen Aji Wardana, B.Ed., MTCSOL, Seraya, MTCSOL dan Lina, B.Ed., MTCSOL mendapat Juara III pada kategori grup. Sedangkan pada kategori mandiri, mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Mandarin yaitu William mendapat penghargaan Unggulan.

Perlombaan tersebut merupakan lomba tingkat internasional yang diadakan atas kerjasama beberapa instansi yaitu College of Chinese Language and Culture Jinan University, Chinese Language and Culture College of Huaqiao University dan Beijing Tangce Chinese Education. Lomba yang diadakan sejak September 2020 lalu yang kemudian hasil dari perlombaan tersebut diumumkan pada Selasa (12/01), diikuti berbagai negara dengan total 22 negara. Bentuk perlombaan yaitu membuat model pembelajaran online dengan beberapa tema pembelajaran yang dapat dipilih yaitu budaya, sejarah dan bahasa terapan.

Tema yang dipilih oleh tim dosen adalah tema bahasa terapan yang mengantarkan mereka menjadi Juara 3 pada kategori grup. Sedangkan tema yang dibawakan pada kategori mandiri oleh William yaitu pengajaran kata bantu mandarin. Proses yang dilalui cukup panjang, dimulai dari proses pembuatan yaitu dengan mengambil, memilah dan melakukan improvisasi materi yang pernah disampaikan sebelumnya pada perkuliahan. Setelah itu proses menyusun RPP dan bahan presentasi pembelajaran. Stephen Aji Wardana, B.Ed., MTCSOL sebagai salah satu anggota tim mengungkapkan bahwa, “Kami mengusahakan tema dan konten pembelajaran semenarik mungkin sesuai dengan  kondisi lawan ajar kami. Dengan dukungan dari UVERS berupa disediakannya tim multimedia UVERS untuk merekam bagaimana kami mempresentasikan microteaching kami, kami mengatur waktu dan jadwal untuk rekaman.” (Sh)

Kebijakan Merdeka Belajar telah menjadi penanda atas kemajuan pendidikan tinggi di Indonesia. Dengan kegiatan Kampus Merdeka, perguruan-perguruan tinggi di Indonesia didorong untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa melalui kombinasi pembelajaran teori di kelas dan praktek nyata di lapangan. Universitas Universal (UVERS) juga tidak ketinggalan untuk mengimplementasikan kegiatan Kampus Merdeka untuk mempersiapkan mahasiswa dalam menghadapi perubahan zaman.

Salah satu kegiatan yang dicanangkan oleh UVERS melalui Kampus Merdeka adalah kegiatan magang industri atau internship. Kebutuhan tersebut memacu UVERS untuk terus melakukan kerjasama dengan berbagai pihak. Salah satu pihak yang menjadi mitra UVERS dalam implementasi magang industri adalah PT Orbit Nasional Edukasi atau ONE Education. ONE Education berkomitmen untuk melakukan berbagai kerjasama untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Dalam seremoni penandatanganan nota kesepahaman atau MoU virtual yang diselenggarakan pada Selasa (02/02) tersebut, UVERS dan ONE Education menyepakati lingkup kerjasama dalam hal pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Kerjasama tersebut diantaranya mencakup pelaksanaan seminar dan kuliah umum, pengadaan narasumber, pengembangan dan pertukaran metode, informasi, dan bahan akademik, termasuk tentang pelaksanaan magang industri. Selain itu, kedua pihak juga sepakat untuk melakukan pertukaran informasi dan bahan peneltian di bidang teknologi informasi dan penelitian bersama sekaligus melakukan pengabdian kepada masyarakat secara bersama-sama.

Secara lebih spesifik, Marcino Waas selaku CEO ONE Education menjelaskan bahwa pihaknya menyediakan beberapa posisi untuk magang industri bagi mahasiswa, yaitu back office (HRD dan Finance), project (Digital Marketing, Developer, UI/UX) , hingga front off (Sales, Pre Sales, Business Development). Selain itu, Marcino Waas juga membuka kesempatan untuk adanya professional hire dalam peran IT Consultant yang terdiri dari developer, quality assurance, project management, analysis and design, dan enterprise architect. Pihak ONE Education juga melakukan kegiatan hiring base yang memungkinkan pihaknya untuk menyalurkan tenaga IT profesional dengan dibekali pelatihan seperti Java, Spring Boot, hingga Flutter Mobile Apps. (AS)

JADWAL UJIAN INTERNASIONAL 2021 BAHASA MANDARIN
HSK/HSKK INTERNET-BASED

UVERS akan menyelenggarakan Ujian Internasional Bahasa Mandarin secara berkala secara online. Bagi anda yang tertarik mengikuti tes tersebut maka dapat mendaftarkan diri ke tautan bit.ly/HSKFORM dan mencermati jadwal pada poster.

JADWAL UJIAN TOCFL HSK/HSKK INTERNET-BASED

UVERS akan menyelenggarakan Ujian TOCFL secara online. Bagi anda yang tertarik mengikuti tes tersebut maka dapat mendaftarkan diri ke tautan bit.ly/TOCFLREGISTER dan mencermati jadwal pada poster.

JADWAL UJIAN INTERNASIONAL 2021 BAHASA MANDARIN
HSK/HSKK INTERNET-BASED

UVERS akan menyelenggarakan Ujian Internasional Bahasa Mandarin secara berkala secara online. Bagi anda yang tertarik mengikuti tes tersebut maka dapat mendaftarkan diri ke tautan bit.ly/HSKFORM dan mencermati jadwal pada poster.

Kondisi Pandemi Covid-19 telah berlangsung hampir satu tahun dan memaksa manusia melakukan berbagai penyesuaian dengan situasi yang serba terbatas. Situasi sulit tersebut dihadapi semua masyarakat dunia, tidak terkecuali mahasiswa dan dosen di perguruan tinggi. Institusi pendidikan dari jenjang dasar hingga perguruan tinggi dipaksa untuk melakukan berbagai inovasi demi mempertahankan eksistensinya. Dalam upaya untuk menghentikan laju penularan Covid-19, institusi pendidikan meniadakan pembelajaran dan kegiatan tatap muka di lingkungan sekolah maupun kampus. Upaya tersebut semata untuk menjamin keselamatan peserta didik dan pendidik dari serangan virus SARS-Cov2 yang luar biasa.

Meskipun penerapan pembelajaran dalam jaringan atau daring telah dijalankan hampir satu tahun, namun tidak sedikit masyarakat yang kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut. Perguruan tinggi di daerah tertinggal adalah salah satu pihak yang menghadapi tantangan tersebut secara langsung. Tantangan yang dihadapi oleh perguruan tinggi di daerah-daerah tertinggal dimulai dari keterbatasan wawasan dalam pembuatan konten pembelajaran daring hingga keterbatasan dalam pengetahuan untuk memberikan penilaian atas keberhasilan mahasiswa dalam pembelajaran daring. Hal itu diperparah dengan keterbatasan penggunaan teknologi dan keterbatasan akses internet dan sarana teknologi di daerah tertinggal.

Keterbatasan tersebut berbanding terbalik dengan besarnya tanggung jawab perguruan tinggi untuk memberikan pembelajaran yang berkualitas kepada mahasiswa selama pandemi Covid-19. Pemerintah mendorong perguruan tinggi untuk mengembangkan sistem pendidikan daring agar kesinambungan layanan pendidikan tetap terjaga. Dengan menyadari berbagai keterbatasan tersebut, Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan atau Dirbelmawa berupaya memfasilitasi kerjasama yang dibutuhkan untuk masa depan pembelajaran di daerah tertinggal melalui program Rekognisi Pembelajaran Lampau atau RPL.

Dilandasi oleh tekad untuk berkontribusi dalam penyelesaian berbagai permasalahan di Indonesia maupun internasional, Universitas Universal (UVERS) mendapatkan rekomendasi dari LLDIKTI Wilayah X untuk menjadi perguruan tinggi mitra satu-satunya dari Provinsi Kepulauan Riau dan Kota Batam dalam program tersebut. Sedangkan perguruan tinggi daerah tertinggal atau PTDT yang dilayani oleh UVERS adalah STIE Umel Tual dan STIS Tual. Dengan berkontribusi sebagai perguruan tinggi mitra, UVERS berkewajiban melaksanakan perkuliahan daring yang diikuti oleh mahasiswa dari UVERS dan PTDT mitra. Selain itu, UVERS juga melaksanakan pendampingan pengembangan modul pembelajaran daring sekaligus merancang sistem pengelolaan pembelajaran daring bagi PTDT mitra.

Dalam pelaksanaan program pembelajaran daring, UVERS memfasilitasi lima mata kuliah yang diikuti oleh mahasiswa dari STIE Umel Tual dan STIS Tual, yaitu Pengantar Akuntansi, Pengantar Bisnis dan Manajemen, Metodologi Penelitian, Tata Tulis dan Komunikasi Ilmiah, serta Kewirausahaan. Di sisi lain, UVERS juga mendukung kemajuan pembelajaran daring STIE Umel Tual dengan pengembangan learning management system bagi PTDT tersebut, dengan harapan pembelajaran daring yang diselenggarakan oleh STIE Umel Tual menjadi semakin baik dan mandiri.

Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan menyebutkan bahwa realisasi program ini melampaui target dari rencana partisipasi 7500 mahasiswa secara nasional menjadi diikuti oleh 9999 mahasiswa, 807 dosen, dan memfasilitasi 306 mata kuliah. UVERS sebagai satu-satunya perguruan tinggi mitra dari Provinsi Kepulauan Riau dan Kota Batam dianggap mampu menyelenggarakan program tersebut untuk melayani PTDT mitra karena learning management system dan pembelajaran daring di UVERS telah berjalan dengan baik.

Benny Roesly, S.T., M.Pd selaku Koordinator Pelaksana Program RPL dari UVERS menyampaikan bahwa salah satu metode yang luar biasa untuk mengembangkan pendidikan adalah dengan menyelenggarakan pendidikan jarak jauh. Ia menambahkan bahwa pendidikan tidak lepas dari kemanusiaan, selama masih ada manusia maka pendidikan akan terus ada sepanjang peradaban manusia, karena pendidikan adalah proses untuk mewujudkan keindahan kodrati seorang manusia. (AS)

Batam, 19 Januari 2021 – IT Fest kembali hadir dengan konsep yang berbeda. Sebelumnya IT Fest merupakan kegiatan yang diadakan untuk memamerkan hasil karya tugas-tugas mahasiswa pada Fakultas Komputer dan Teknik dalam kegiatan pameran dan bazar. Namun saat ini 2nd IT Fest hadir dalam bentuk pameran virtual. Hasil karya mahasiswa dari Fakultas Komputer dihadirkan dalam pameran virtual yang dapat diakses lebih banyak orang sehingga semakin banyak pengunjung yang dapat hadir.

Pameran virtual dilangsungkan dengan menggunakan aplikasi yang dibuat oleh Fakultas Komputer bernama Ubot. Aplikasi Ubot tersebut dapat diakses di smartphone dengan mengunduh melalui play store. Tampilan dari Ubot sangat menarik sama halnya seperti ketika kita memainkan games pada handphone. Pada tampilannya, kita dapat melihat booth-booth yang berisi hasil karya mahasiswa. Ada yang berbentuk software, video dan lainnya.  2nd IT Fest yang diadakan pada Jumat (08/01) dan Sabtu (09/01) ini, juga menjadi ajang perlombaan untuk mahasiswa Universitas Universal (UVERS). Pada akhir dari rangkaian kegiatan nantinya akan ada beberapa karya yang dipilih sebagai karya terbaik. (Sh)

Kuliah sambil bekerja telah menjadi tren bagi mahasiswa di Kota Batam maupun kota lainnya di Indonesia. Dengan lingkungan kerja yang berbeda, setiap mahasiswa juga menghadapi permasalahan yang beragam. Permasalahan-permasalahan tersebut memungkinkan terjadinya tidak terkendalinya kondisi mental para pekerja. Kondisi tersebut mendorong UVERS Career Center untuk menyelenggarakan webinar bertajuk “Mental Health in The Workplace”.

Webinar yang diselenggarakan pada Sabtu (05/12) tersebut menghadirkan Rellin Ayudya, S.Pd., M.Psi sebagai pembicara. Kegiatan ini pun diikuti dengan antusias oleh mahasiswa Universitas Universal (UVERS) yang mayoritas kuliah sambil bekerja. Widya Henisaputri, S.Kom., M.Psi selaku perwakilan dari UVERS Career Center menyebutkan bahwa kesehatan mental di lingkungan kerja menjadi topik yang menarik dibahas karena mayoritas mahasiswa UVERS ialah pekerja. Di sisi lain, jajak pendapat yang dilakukan juga menunjukkan topik tersebut diminati oleh para mahasiswa.

Alasan itu juga diamini oleh Rellin Ayudya, S.Pd., M.Psi yang turut mengingatkan bahwa keseimbangan mental sangat penting bagi siapapun yang berinteraksi di lingkungan kerja. “Penting banget karena perusahaan atau organisasi bukan tentang gedung, tapi tentang orang-orang di dalamnya.” Jelas Rellin Ayudya, S.Pd., M.Psi. yang merupakan seorang psikoedukator. Ia menjelaskan bahwa efektivitas dalam sebuah perusahaan akan tercapai jika individu-individu yang memiliki keseimbangan mental bertemu dan berinteraksi.

Ironisnya, fakta dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengungkapkan bahwa 57,6% pekerja di Indonesia mengalami insomnia akibat pekerjaannya. Di sisi lain, WHO mencatat 44% masalah kesehatan mental pada pekerja disebabkan oleh stres, kecemasan, dan depresi. Dengan fakta-fakta tersebut, World Economic Forum memasukkan resilence, stress tolerance, dan flexibility sebagai salah satu dari sepuluh keahlian kunci yang perlu dimilki oleh pekerja pada tahun 2020.

Dalam upaya untuk menghadapi kondisi tersebut, Rellin Ayudya, S.Pd., M.Psi menyarankan beberapa cara yang dapat diterapkan untuk menjaga keseimbangan mental, yaitu melakukan self boundary atau pembatasan diri, membuka diri melalui kegiatan konseling, berkomunikasi dengan pihak HRD, menghindari beban multitasking, melakukan relaksasi, hingga melakukan teknik journaling. Selain itu, Rellin juga mengingatkan perlunya penjadwalan waktu istirahat, olahraga, dan memakan makanan bernutrisi. Hal tersebut dilalukan dengan sambil tetap berinteraksi, menentukan hal yang dapat dikenalikan, mendengarkan musik, dan tetap memberi penghargaan pada diri sendiri. (AS)

Bahasa Mandarin telah menjadi salah satu bahasa internasional yang digunakan secara luas di berbagai negara. Bahasa Mandarin juga tercatat sebagai bahasa dengan penutur terbanyak dibanding bahasa-bahasa lainnya di dunia. Perkembangan Bahasa Mandarin saat ini tentu telah melalui perjalanan panjang dari masa ke masa. Salah satu yang menarik untuk diikuti adalah perkembangan Bahasa Mandarin di Indonesia.

Universitas Universal (UVERS) dan Program Studi Pendidikan Bahasa Mandarin mengulas secara lengkap jejak sejarah perkembangan tersebut melalui berbagai catatan serta penelitian melalui webinar bertajuk “Sejarah Perkembangan Pendidikan Bahasa Mandarin di Indonesia”. Webinar yang dilaksanakan pada Sabtu (28/11) tersebut menghadirkan Dr. Herman, MTCSOL selaku Dekan Fakultas Pendidikan, Bahasa, dan Budaya sebagai pembicara. Dalam kesempatan tersebut, ia memaparkan secara lengkap berbagai temuan penelitiannya tentang perkembangan Pendidikan Bahasa Mandarin.

Dr. Herman, MTCSOL menyebutkan bahwa Bahasa Mandarin telah memiliki sejarah yang panjang di Indonesia. Hal tersebut dimulai sejak Abad ke 2 sebelum masehi saat utusan Dinasti Han mendatangi Asia Tenggara dan diyakini sempat singgah di Indonesia, khususnya Pulau Sumatera. Tren tersebut diikuti dengan datangnya para pejabat utusan, pedagang, dan bhikku dari Dinasti Qin diantara tahun 317 hingga tahun 420. Kedatangan bangsa Tiongkok ke Indonesia bahkan berlangsung hingga abad ke 10.

Pendidikan Bahasa Mandarin diyakini mulai muncul di Indonesia sejak sebelum tahun 1901. Berdasarkan catatan yang dihimpun melalui penelitian, Dr. Herman, MTCSOL menyampaikan bahwa pada tahun 1690 mulai didirikan tempat belajar tentang budaya leluhur Tiongkok oleh Guo Gen Guan. Sedangkan pada tahun 1789 bediri Ming De Xue Yuan di Jalan Petak Sembilan di Kota Batavia. Setelah itu, muncul tren pendirian sekolah-sekolah tionghoa di berbagai daerah, misalnya Chen Ting Feng mendirikan sekolah tionghoa di Pontianak, Li Yuan Gen di Bandung, dan Lin Qin Cheng di Jakarta. Tren tersebut berkembang hingga tahun 1900, saat itu tercatat terdapat 439 lembaga pembelajaran Pendidikan Bahasa Mandarin di Indonesia.

Pada medio tahun 1901 hingga 1912, Dr. Herman, MTCSOL menjelaskan bahwa banyak sekolah Pendidikan Bahasa Mandarin yang didirikan secara resmi. Masa ini ditandai dengan berdirinya Tiong Hoa Hwee Koan pada tahun 1900, yang berkembang menjadi pendirian sekolah tionghoa resmi pertama pada Maret 1901 dengan nama Zhong Hua Xue Tang. Dengan didirikannya Zhong Hua Xue Tang, Bahasa Mandarin secara resmi digunakan dalam proses pembelajaran, sedangkan masa-masa sebelumnya mayoritas sekolah tionghoa menggunakan dialek daerah tionghoa sebagai bahasa pengantar.

Berkaca pada keberhasilan Zhong Hua Xue Tang, banyak sekolah tionghoa lain yang berubah nama menjadi Zhong Hua Xue Tang. Keberhasilan tersebut ditandai dengan bertambahnya 50 sekolah tionghoa di Pulau Jawa. Hingga tahun 1912 kembali bertambah 65 sekolah tionghoa di Pulau Jawa. Perkembangan tersebut diikuti dengan dibukanya sekolah tionghoa di daerah lain seperti Aceh, Medan, Siantar, Riau, Tanjungpinang, dan berbagai daerah di Indonesia. Efeknya, di luar Pulau Jawa tercatat telah berdiri 140 sekolah tionghoa pada tahun 1926.

Dr. Herman, MTCSOL menguraikan bahwa perkembangan tersebut semakin maju pada tahun 1930 yang ditandai dengan berdirinya 425 sekolah tionghoa, dan bertumbuh menjadi 500 sekolah pada tahun 1941. Perkembangan tersebut tidak terlepas dari fenomena datangnya banyak orang Tiongkok ke Indonesia pada tahun 1930an. Meskipun sempat dibatasi pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, tahun 1946 menjadi tahun kebangkitan kembali Pendidikan Bahasa Mandarin. Pada masa ini, didirikan banyak sekolah menengah sembari menghidupkan kembali sekolah-sekolah yang telah eksis sebelumnya.

Setelah perang dunia kedua berakhir, fenomena Pendidikan Bahasa Mandarin di Indonesia menjadi berbeda dari sebelumnya. Pada masa ini, Pendidikan Bahasa Mandarin memiliki 2 kiblat yang dijadikan pedoman, yaitu Bahasa Mandarin Taiwan dan Bahasa Mandarin Tiongkok Daratan. Saat itu, guru dan siswa sekolah tionghoa wajib tercatat sebagai Warga Negara Indonesia. Bentuk pendidikannya juga dibagi menjadi dua, yaitu pendidikan resmi dan pendidikan malam hari. Ironisnya, Pendidikan Bahasa Mandarin di Indonesia juga sempat mengalami masa-masa sulit. Dimulai dari dilarangnya pembelajaran Bahasa Mandarin di desa-desan pada tahun 1958 hingga 1966 dan penutupan sekolah tionghoa pada tahun 1966 hingga 1998.

Pendidikan Bahasa Mandarin di Indonesia bangkit kembali pada tahun 1998 saat Presiden B.J. Habibie mengizinkan pendirian lembaga-lembaga kursus Bahasa Mandarin. Hal tersebut diperkuat saat Presiden Abdurrahman Wahid mengizinkan Bahasa Mandarin dipelajari secara umum di sekolah-sekolah pada tahun 2001. Sejak saat itu, Bahasa Mandarin dipelajari secara luas oleh berbagai kalangan meskipun bukan berasal dari suku Tionghoa. Hingga pada akhirnya Bahasa Mandarin dikenal dengan sebutan Han Yu (pembelajaran bahasa asing) dan Hua Yu (pembelajaran bahasa suku). (AS)

Meski dalam kondisi yang serba terbatas, kondisi Pandemi Covid-19 yang sedang melanda Indonesia dan dunia tidak menyurutkan semangat Fakultas Seni Universitas Universal (UVERS) untuk terus memperkaya wawasan mahasiswa sekaligus menginspirasi pelaku seni di Kota Batam. UVERS sebagai satu-satunya perguruan tinggi di Kepulauan Riau yang memiliki Fakultas Seni menyelenggarakan Bincang Seni Online dengan tajuk Dance on Frame.

Bincang Seni yang dilaksanakan pada Selasa (02/12) melalui Zoom Meeting tersebut menghadirkan Dr. Yola Yulfianti, M.Sn selaku Ketua Komite Tari Dewan Kesenian Jakarta dan Akbar Yumni selaku Programmer IMAJITARI International Dance Film Festival sebagai pembicara. “Bincang seni merupakan kegiatan gladi nalar bagi civitas akademik dan membawakan manfaat bagi masyarakat sekitar.” Ujar Widyanarto, S.Sn., M.Sn selaku Dekan Fakultas Seni UVERS. Dalam kesempatan tersebut ia juga mengapresiasi bicang seni Dance on Frame tersebut sebab pembahasan tersebut mengupas perkembangan koreografi yang melakukan penciptaan melalui medium layar.

Dalam sambutannya, Ketua Dewan Kesenian Jakarta, Danton Sihombing, S.Sn., MFA menerangkan bahwa bincang seni kali ini bertujuan untuk mensosialisasikan dance film. Ia menjelaskan bahwa dance film  telah menjadi alternatif ruang ekspresi bagi seniman di bidang tari dan film. Kemunculan genre tari ini juga menunjukkan fenomena perkembangan praktek tari dan kemungkinan penciptaan gerak tari melalui sentuhan sinematografi.

Bincang seni dibagi menjadi dua sesi, Akbar Yumni memulai pembahasan dengan menjelaskan perkembangan dance film dari masa ke masa. Akbar menjelaskan bahwa sebenarnya sejarah dance film telah dimulai sejak tahun 1899 saat Louis Lumiere menciptakan karya Serpertine Dance dan dilanjutkan dengan penciptaan karya Fire Dance pada tahun 1906. Namun kesadaran spesifik tentang dance film justru muncul saat Maya Deren membuat projek dengan judul a study in choreography for camera pada tahun 1945.

Akbar Yumni mengilustrasikan dance film sebagai kerja kolaboratif antara koreografer dan sinematografer, dapat juga diandaikan koreografer bekerja dengan cara sinematografi. Dengan kata lain, panggung sebagai wahana ekspresi digantikan dengan layar atau screen. Dr. Yola Yulfianti, M.Sn menerangkan bahwa dance film ia jelaskan sebagai menari bersama kamera. Dimana kamera menjadi perpanjangan dari gerak tari itu sendiri. Karya yang biasanya ditampilkan di panggung pun bergeser untuk ditampilkan melalui frame.

Dalam penjelasannya, Dr. Yola Yulfianti juga menunjukkan karya-karya dance film yang pernah ia ciptakan melalui riset-riset yang dilakukan, yaitu Suku Yola dan Chegares. Chegares yang berarti cewek gang rese tersebut diciptakan berdasarkan pengalaman Dr. Yola Yulfianti saat ia mengajar di Kampung Johar Jakarta. Pengalaman-pengalaman yang ditemukan di sana kemudian dikreasikan menjadi dance film. (AS)

Scroll to Top