Bagi sebagian mahasiswa, ini bukan sekadar ilustrasi, tapi rutinitas harian yang nyata. Fenomena kuliah sambil kerja semakin umum di kalangan mahasiswa Indonesia, terutama di era digital dan ekonomi kreatif saat ini. Motivasi di baliknya pun beragam dari sekadar mencari uang jajan tambahan, ingin mandiri secara finansial, hingga mengejar pengalaman kerja sebelum lulus. Namun, seperti dua sisi mata uang, kuliah sambil kerja memiliki tantangan sekaligus potensi besar bagi masa depan.

Kenapa Mahasiswa Memilih Kuliah Sambil Kerja?

Dalam beberapa riset, mahasiswa cenderung memilih untuk bekerja karena faktor ekonomi, kebutuhan pengembangan diri, serta dorongan untuk memperoleh pengalaman profesional sebelum lulus. Dengan banyaknya peluang kerja fleksibel, seperti menjadi content creator, freelancer, hingga barista atau staff administrasi, mahasiswa kini punya lebih banyak opsi untuk menyesuaikan jam kerja dengan jadwal kuliah.

Selain itu, meningkatnya biaya hidup dan kebutuhan mahasiswa yang kompleks membuat sebagian besar dari mereka merasa perlu memiliki penghasilan tambahan. Hal ini terutama terasa pada mahasiswa rantau yang harus mengatur keuangan secara mandiri.

Tantangan di Balik Dua Peran Sekaligus

Walau kesannya keren dan produktif, kuliah sambil kerja juga bisa bikin pusing tujuh keliling. Masalah paling umum? Waktu yang nggak cukup, tugas yang numpuk, capek fisik dan mental, dan bisa-bisa nilai kuliah jadi korban. Penelitian Putri & Setiawan (2019) bilang kalau mahasiswa yang kerja lebih dari 20 jam seminggu cenderung mengalami penurunan performa akademik.

Selain itu, burnout juga bisa jadi ancaman serius kalau kamu nggak bisa ngatur ritme hidup. Oleh karena itu, strategi manajemen waktu, dukungan sosial, dan kesadaran diri menjadi hal penting yang harus dimiliki oleh mahasiswa pekerja.

Tips Biar Kuliah-Kerja Tetap Aman Terkendali

Tenang, kuliah sambil kerja tetap bisa jalan bareng kok. Nih, beberapa tips yang bisa kamu coba :

  1. Buat Jadwal Rinci dan Realistis
    Tentukan prioritas harian dan alokasikan waktu untuk belajar, bekerja, istirahat, dan bersosialisasi.
  2. Pilih Pekerjaan yang Fleksibel
    Pilih pekerjaan yang tidak mengganggu jam kuliah, seperti kerja paruh waktu, freelance, atau kerja remote.
  3. Komunikasikan dengan Dosen dan Atasan
    Transparansi tentang status sebagai mahasiswa-pekerja dapat membantu memperoleh toleransi atau fleksibilitas saat dibutuhkan.
  4. Jaga Kesehatan Fisik dan Mental
    Makan cukup, tidur cukup, jangan lupa olahraga. Jangan sampai ambis tapi tumbang.
  5. Tentukan Tujuan Jangka Panjang
    Menentukan alasan utama bekerja sambil kuliah bisa membantu menjaga motivasi dan semangat saat menghadapi masa sulit.

Kuliah sambil kerja memang bukan hal mudah, tetapi bukan pula sesuatu yang mustahil untuk dijalani. Dengan pengelolaan waktu yang baik, kesadaran akan batas diri, serta tujuan yang jelas, mahasiswa bisa memetik manfaat ganda: sukses di dunia akademik sekaligus siap menghadapi dunia kerja. Menjadi bagian dari generasi yang produktif dan tangguh, adalah modal besar untuk membangun masa depan yang lebih baik.

Dan kabar baiknya, sekarang sudah banyak kampus yang memberikan opsi kelas malam atau kelas karyawan seperti yang tersedia di Universitas Universal yang bisa jadi solusi buat kamu yang ingin tetap kuliah tanpa harus mengorbankan pekerjaan.

Siapa tahu, ini saatnya kamu mulai langkah barumu. Yuk, cari tahu informasi kelas malam di sini!

Baca Juga : Libur Semester? Yuk Isi dengan Aktivitas Seru dan Produktif!

Sumber :

www.detik.com

Di tengah perkembangan teknologi perpajakan yang kian cepat, Himpunan Mahasiswa Akuntansi (Himaksi) Universitas Universal menggelar seminar bertajuk “Siap Hadapi Dunia Pajak Digital: Peran Coretax bagi Generasi Muda”. Acara ini diselenggarakan pada Senin, (02/06) di Ruang 502A-B, Universitas Universal. Seminar ini menghadirkan narasumber utama Amon Silaban, S.Pd., SH, S.Ak., M.Ak. selaku Asosiasi Konsultan Pajak Publik Indonesia (AKP2I), sekaligus praktisi berpengalaman di bidang perpajakan digital.

Topik utama dalam seminar ini berfokus pada sistem Coretax, sebuah sistem pelaporan pajak digital baru yang tengah digalakkan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Coretax dirancang untuk menggantikan sistem pelaporan sebelumnya, namun pelaksanaannya masih menyisakan banyak kebingungan di kalangan masyarakat, termasuk di antaranya mahasiswa dan calon wajib pajak muda. Seminar ini membahas bagaimana proses transisi ke Coretax, cara penginputan data, serta strategi memanfaatkan sistem ini secara maksimal.

Tujuan utama dari seminar ini adalah untuk meningkatkan pemahaman generasi muda terhadap transformasi digital di bidang perpajakan, khususnya penerapan sistem Coretax. Kegiatan ini juga bertujuan membangun kesadaran dan tanggung jawab perpajakan di kalangan mahasiswa sebagai bagian dari warga negara yang aktif dan peduli terhadap pembangunan nasional. Tak kalah penting, seminar ini ingin mendorong keterlibatan generasi muda dalam mendukung sistem perpajakan digital, baik sebagai pengguna maupun agen edukasi di lingkungan masing-masing.

Melalui sesi diskusi, studi kasus, dan tanya jawab interaktif, peserta dibekali wawasan praktis mengenai cara kerja Coretax dan bagaimana sistem ini dapat digunakan secara optimal dalam memenuhi kewajiban perpajakan. Lebih dari sekadar edukatif, seminar ini juga diharapkan dapat menumbuhkan semangat inovasi dan kolaborasi dalam menghadapi tantangan dunia pajak digital yang dinamis.

Dengan menghadirkan narasumber berkompeten dan materi relevan, Himaksi berharap kegiatan ini menjadi titik awal bagi mahasiswa untuk lebih memahami, terlibat, dan berkontribusi dalam sistem perpajakan digital yang semakin modern. “Semoga lewat seminar ini, kita bisa membangun kesadaran pajak di kalangan generasi muda, sekaligus memberikan bekal praktis yang bisa langsung diterapkan,” ucap Vivian selaku ketua acara. (DAY)

Dalam rangka menegaskan reputasi dan ikhtiar masa depan sebagai perguruan tinggi yang menawarkan solusi berkelas global kepada masyarakat dunia, Universitas Universal (UVERS) secara konsisten melakukan penjajakan peluang kerjasama internasional dengan perguruan tinggi di luar negeri. Kerjasama internasional di berbagai bidang akan mendorong akselerasi mutu pendidikan UVERS melalui referensi pengalaman nyata yang dilalui baik oleh mahasiswa maupun dosen.

Kunjungan Shanghai Academy of Fine Arts College (SAFA) ke UVERS menjadi salah satu dari sekian banyak penjajakan peluang kerjasama yang dihelat oleh UVERS melalui Kantor Urusan Internasional dan Kerjasama. Delegasi SAFA Shanghai University yang hadir pada pertemuan penjajakan kerjasama, antara lain Ms Chen Jing (Sekretaris Komite), Ms Zhang Lili (Wakil Dekan SAFA), Ms Liu Xuemei (Direktur Pusat Manajemen Pengajaran SAFA), Mr Shi Chong (Dosen SAFA), dan Mr Wu Pengxiao (Pembimbing Mahasiswa Internasional). Hadir pula Bapak Liyas Masri selaku Ketua Yayasan Pancaran Maitri, Dr. techn. Aswandy, M.T, dan para Kepala Sekolah Maitreyawira Batam.

Shanghai University dan SAFA sebagai salah satu perguruan tinggi terkemuka di Tiongkok menawarkan berbagai kerjasama di berbagai bidang, diantaranya penawaran studi lanjut bagi mahasiswa dan siswa hingga program kolaborasi kegiatan bersama. Penawaran tersebut disambut baik oleh UVERS dan Sekolah Maitreyawira Batam karena dalam rangka memperluas jaringan internasional. Dalam sambutannya, Chen Jing selaku Sekretaris Komite SAFA menjelaskan bahwa pihaknya berbahagia dapat berkunjung ke Asia Tenggara, khususnya Indonesia dan Kota Batam, sehingga kerjasama antar institusi dapat diperkuat menjadi kegiatan yang berkualitas. Sejalan dengan itu, Bapak Liyas Masri selaku Ketua Yayasan Pancaran Maitri menyampaikan apresiasinya kepada SAFA yang telah menjajaki kerjasama dengan UVERS dan Sekolah Maitreyawira Batam. (AS)

Baca berita lainnya :

Gelaran Harmoni Budaya Duanwu dan Indonesia Harmonis Hadirkan Tokoh Nasional di UVERS

Libur bukan berarti berhenti berkembang yaa sobat UVERS. Justru di sinilah kesempatan emas bagi mahasiswa untuk memperkaya diri. Setelah melewati rutinitas perkuliahan yang padat, masa liburan semester hadir sebagai momen ideal untuk beristirahat sekaligus mengasah potensi diri. Namun, tak sedikit mahasiswa yang merasa bingung menentukan aktivitas produktif selama masa ini. Yuk kita ulas berbagai kegiatan bermanfaat yang dapat dilakukan untuk mengisi waktu luang saat libur semester secara optimal dan menyenangkan.

  1. Mengikuti Kelas atau Pelatihan Daring

Di era digital seperti sekarang, belajar tidak lagi terbatas ruang dan waktu. Mahasiswa dapat mengikuti kursus daring untuk memperdalam ilmu yang relevan dengan jurusan atau bahkan mencoba hal baru di luar bidang akademik. Platform seperti Coursera, Ruangguru, dan Skill Academy menyediakan beragam topik yang dapat diakses kapan saja.

  1. Magang atau Menjadi Relawan

Memanfaatkan waktu libur untuk magang di perusahaan atau lembaga sosial dapat memberikan pengalaman lapangan yang tak ternilai. Selain menambah relasi dan portofolio, kegiatan ini juga membantu mahasiswa memahami dunia kerja secara langsung.

  1. Menyalurkan Hobi dan Kreativitas

Liburan juga bisa menjadi ajang menyalurkan minat dan bakat yang selama ini tertunda karena kesibukan kuliah. Menulis blog, membuat konten digital, melukis, bermain musik, atau bahkan mencoba bisnis kecil-kecilan adalah contoh kegiatan kreatif yang bermanfaat.

  1. Memperbaiki Pola Hidup dan Kesehatan Mental

Tak bisa dipungkiri, masa liburan adalah saat yang tepat untuk kembali memprioritaskan kesehatan fisik dan mental. Tidur cukup, olahraga rutin, dan meditasi sederhana dapat membantu mengembalikan energi yang terkuras selama semester berlangsung.

  1. Membaca Buku dan Menulis Refleksi Diri

Meskipun terdengar sederhana, membaca buku—baik fiksi maupun nonfiksi—dapat membuka cakrawala berpikir dan menambah wawasan. Mahasiswa juga bisa menuliskan refleksi pribadi, mencatat pencapaian semester sebelumnya, serta merancang target untuk masa depan.

Mengisi waktu libur semester tidak harus selalu dengan agenda yang berat. Yang terpenting adalah bagaimana aktivitas tersebut berdampak positif pada pengembangan diri, baik secara akademis, emosional, maupun sosial. Dengan perencanaan yang tepat, liburan semester bisa menjadi fondasi untuk menjadi pribadi yang lebih siap dan unggul ke depannya.

Batam, 3 Juni 2025 — Suasana penuh warna dan makna memenuhi Ruang Auditorium Universitas Universal (UVERS) pada Jumat (30/05) malam dalam perhelatan budaya bertajuk Festival DuanWu dan Indonesia Harmonis: Merajut Kebersamaan Dunia Satu Keluarga. Acara tersebut menjadi panggung persaudaraan antarbudaya, menghadirkan semangat harmoni dan nilai-nilai kemanusiaan universal. Festival ini merupakan hasil kolaborasi dengan pengisi acara yang berasal dari UVERS, SMP/SMA/SMK Maitreyawira Batam dan lainnya.

Acara dibuka dengan lagu “Batam Pulau Pusaka” dan dilanjutkan dengan berbagai persembahan seni dari Tim Ombak Rumput hingga kelompok Kasih Semesta. Beragam bentuk ekspresi budaya seperti tarian, tembang, seni drama, paduan suara, dan senam bersama, turut menegaskan semangat lintas budaya yang inklusif dan mendidik. Festival Harmoni Budaya turut dihadiri oleh beberapa tokoh penting seperti Ketua Yayasan Pancaran Maitri, Menteri Negara Riset dan Teknologi 1999-2001, Ketua Umum DPP Ikatan Pesantren Indonesia dan juga para professor dari Yunnan Normal University.

Dalam sambutannya, Bapak Liyas Masri selaku Ketua Yayasan Pancaran Maitri menekankan pentingnya menjadikan budaya sebagai sustainable culture yang selaras dengan nilai-nilai Pancasila,

“Budaya yang menghormati kemanusiaan dan mencintai perdamaian adalah warisan yang harus terus dibagikan kepada dunia. Itulah mengapa hari ini kita membalut tiga budaya: Indonesia, Tionghoa, dan nilai-nilai universal, dalam semangat dunia satu keluarga,” ujarnya menginspirasi.

Sementara itu, Drs. Muhammad A.S. Hikam, M.A., Ph.D., yang merupakan Menteri Negara Riset dan Teknologi 1999-2001, menyampaikan pesan luhur dari Presiden keempat RI, KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur):

“Tidak penting apa agama dan sukumu, jika kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua manusia, maka orang tidak akan pernah bertanya apa agamamu.” Beliau menegaskan bahwa perbuatan baik dan amal kebajikan adalah jembatan yang menyatukan manusia tanpa memandang latar belakang.

Festival ini tak hanya menjadi ajang pertunjukan seni, tetapi juga ruang refleksi atas pentingnya kolaborasi lintas budaya untuk menciptakan perdamaian dan keharmonisan. Melalui acara ini, UVERS kembali menegaskan peran penting pendidikan berbasis budaya dalam membentuk karakter generasi masa depan yang inklusif, damai, dan cinta kemanusiaan. Dengan slogan “Indonesia Harmonis, Dunia Satu Keluarga”, festival ini tidak hanya menjadi momen perayaan budaya, melainkan juga seruan moral untuk terus merajut persaudaraan global. (Sh)

Baca berita lainnya :

Kolaborasi Seni Lintas Budaya Indonesia dan Tiongkok Berpadu dalam “Jembatan Budaya Lestari 2025” Universitas Universal

Lagi ngerjain tugas, lalu ada lagu lama yang nggak sengaja keputar. Tiba-tiba otak kamu kayak jalan sendiri ke masa lalu keinget momen nongkrong sama teman lama, nonton konser bareng, atau bahkan sekedar momen bercengkrama sama keluarga.

Tenang, kamu nggak sendirian kok sobat UVERS. Banyak orang mengalami hal serupa, dan ternyata ada penjelasan ilmiahnya kenapa musik bisa bikin kita “kembali” ke masa lalu bahkan lebih cepat dari mesin waktu mana pun!

Lagu Itu Kayak Pemantik Memori di Otak

Waktu kita dengerin musik, otak nggak cuma terima suara, tapi juga ngaktifin bagian yang ngatur emosi dan ingatan, yaitu hipokampus dan amigdala (Jakubowski, Farrugia, Halpern, Sankarpandi, & Stewart, 2015). Itulah kenapa satu lagu bisa ngingetin kita ke peristiwa tertentu dan yang kebayang nggak cuma gambarannya, tapi juga perasaannya.

Lagu-lagu lama jadi semacam shortcut ke masa lalu. Kayak tombol “kenangan” yang kalau dipencet, langsung muter ulang momen-momen berharga yang mungkin udah lama kita lupakan.

Penelitian juga bilang, lagu yang kita dengerin saat remaja (sekitar umur 12–20 tahun) bakal lebih nempel di otak. Ini karena di masa itu, kita lagi banyak-banyaknya ngalamin hal baru dan ngebentuk jati diri dan musik biasanya jadi pelengkap momen-momen penting itu (Krumhansl & Zupnick, 2013).

Makanya, lagu-lagu dari zaman sekolah sering bikin kita merasa “pulang.” Karena waktu dengerin, bukan cuma nadanya yang muncul tapi juga kenangan tentang siapa diri kita saat itu.

Musik = Mesin Waktu yang Bisa Dimainin Kapan Aja

Ada istilah menarik dari penelitian: musik disebut sebagai “mesin waktu emosional” (Janata, 2009). Karena dengan satu lagu aja, kita bisa langsung terseret ke satu titik waktu tertentu. Bahkan lebih efektif dari lihat foto atau baca jurnal harian.

Dan karena sekarang semuanya serba digital, kita bisa akses lagu-lagu lama kapan pun. Spotify, YouTube, TikTok semua bikin nostalgia jadi lebih instan.

Menariknya, fenomena ini nggak cuma berlaku buat generasi yang hidup di era lagu itu rilis. Banyak Gen Z sekarang juga suka lagu-lagu tahun 90-an atau 2000-an meskipun mereka belum lahir waktu itu.

Jadi, kalau kamu tiba-tiba mellow atau bahagia banget cuma gara-gara denger lagu lama itu wajar. Itu otak dan hati kamu yang kerja sama menghidupkan kenangan.

Musik bukan cuma hiburan, tapi penghubung ke masa lalu, penguat identitas, bahkan bisa jadi alat komunikasi yang powerful. Karena kadang, yang bikin orang ingat bukan apa yang kita bilang, tapi apa yang mereka rasain.

Sumber

  • Janata, P. (2009). The neural architecture of music-evoked autobiographical memories. Cerebral Cortex, 19(11), 2579–2594. https://doi.org/10.1093/cercor/bhp008
  • Jakubowski, K., Farrugia, N., Halpern, A. R., Sankarpandi, S. K., & Stewart, L. (2015). The influence of emotion on memory for musical excerpts. Psychology of Music, 43(5), 721–735. https://doi.org/10.1177/0305735614537000
  • Krumhansl, C. L., & Zupnick, J. A. (2013). Cascading reminiscence bumps in popular music. Psychological Science, 24(10), 2057–2068. https://doi.org/10.1177/0956797613486486

Kolaborasi dan diplomasi lintas negara tidak mengenal batas, pertukaran budaya menjadi salah satu diplomasi lintas negara yang mengedepankan apresiasi atas keindahan. Universitas Universal (UVERS) sebagai perguruan tinggi selain berfokus pada Tri Dharma Perguruan Tinggi juga mempelopori pertukaran budaya dalam bingkai semangat Dunia Satu Keluarga sesuai nilai-nilai yang diusung. Dengan semangat tersebut, UVERS mengusung tema besar “Jembatan Budaya Lestari 2025” sebagai penghubung keberagaman menuju kesepahaman atas keindahan hidup manusia.

Jembatan Budaya Lestari 2025 dihelat dengan Pertunjukan Seni Batam – Indonesia dan Hainan – Tiongkok. Pertunjukan ragam seni yang dilaksanakan pada Sabtu (24/5) dan Minggu (25/5) tersebut dihadiri oleh Drs. Ardiwinata selaku Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Batam, Wu Xuerong selaku Wakil Ketua Eksekutif Asosiasi Relawan Seni dan Budaya Provinsi Hainan, Pimpinan Yayasan Pancaran Maitri, serta berbagai paguyuban, komunitas, dan organisasi Tionghoa di Kota Batam. Kegiatan yang terlaksana di Auditorium UVERS tersebut menampilkan berbagai penampilan kesenian Indonesia, kesenian Tiongkok, dan kesenian Kasih Alam, khususnya lagu dan tarian.

“Seniman Hainan menggunakan kaligrafi, lukisan Tiongkok, dan budaya Li sebagai media untuk menulis persahabatan, keterbukaan, dan toleransi” ujar Bapak Liyas Masri selaku Ketua Yayasan Pancaran Maitri. Selain menampilkan tarian dan lagu, karya kaligrafi dan lukisan juga dipamerkan di Pameran Pertukaran Budaya di Function Hall UVERS. Ia juga menjelaskan bahwa program Jembatan Budaya Lestari mengusung misi perlindungan budaya secara ekologis, kerjasama sukarela, dan inovasi bersama. Tidak lupa juga haturan terima kasih disampaikan kepada Pemerintah Kota Batam dan Asosiasi Relawan dan Budaya Provinsi Hainan.

“Meskipun Indonesia dan Hainan dipisahkan oleh lautan luas, namun hati dan tangan kita tetap terhubung erat. Pertemuan hari ini adalah sebuah awal, di masa depan kami berharap dapat membangun mekanisme pertukaran jangka panjang” jelas Wu Xuerong selaku Wakil Ketua Eksekutif Asosiasi Relawan Seni dan Budaya Provinsi Hainan. Ia merasa bahagia dan berterima kasih atas sambutan hangat di UVERS.

Dalam sambutannya, Drs Ardiwinata selaku Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Batam menjelaskan bahwa sebagai kota modern, Kota Batam direncanakan untuk beberapa hal, yaitu industri, perdagangan dan alih kapal, hingga jasa dan pariwisata. Ia memuji bahwa UVERS telah melaksanakan program “Jembatan Budaya Lestari 2025” dengan luar biasa sehingga diharapkan koordinasi dengan Pemerintah Kota Batam dari segi kebudayaan dan pariwisata dapat semakin intensif. (AS)

Coba deh bayangin! Sobat UVERS sedang duduk di sebuah kafe, menyantap burger berwarna hijau terang, bukan karena efek pencahayaan, tetapi karena bahan dasarnya adalah bayam, kacang-kacangan, dan jamur. Di tengah tren gaya hidup sehat, diet vegan semakin menarik perhatian, bahkan menjadi gaya hidup baru di kalangan urban. Tapi, benarkah diet vegan sebaik itu untuk kesehatan?

Apa Itu Diet Vegan?

Diet vegan adalah pola makan yang sepenuhnya menghindari produk hewani—bukan hanya daging dan ikan, tapi juga produk turunan seperti telur, susu, dan madu (Siloam Hospitals, n.d.). Berbeda dengan vegetarian yang masih mengonsumsi produk turunan hewan, veganisme adalah komitmen total terhadap konsumsi nabati.

Alasan orang menjalani diet vegan pun beragam, mulai dari kepedulian terhadap kesejahteraan hewan, isu lingkungan, hingga motivasi untuk meningkatkan kesehatan tubuh. Namun, terlepas dari motivasinya, pertanyaan yang sering muncul adalah: apakah diet vegan benar-benar memberikan manfaat kesehatan yang signifikan?

Fakta Ilmiah di Balik Diet Vegan

Beberapa studi menunjukkan bahwa diet vegan dapat memberikan manfaat kesehatan tertentu, terutama dalam hal penurunan berat badan, pengendalian gula darah, serta penurunan risiko penyakit kardiovaskular dan hipertensi (American Dietetic Association, 2009). Makanan nabati cenderung tinggi serat, rendah lemak jenuh, dan bebas kolesterol, sehingga dapat membantu menjaga kesehatan jantung.

Lebih lanjut, pola makan vegan dikaitkan dengan penurunan risiko diabetes tipe 2 dan beberapa jenis kanker (Craig & Mangels, 2009). Bahkan, beberapa wanita dengan kondisi sindrom ovarium polikistik (PCOS) melaporkan perbaikan gejala setelah menjalani pola makan berbasis nabati. Menurut ahli gizi, makanan tinggi serat dan rendah indeks glikemik dalam diet vegan dapat membantu menstabilkan hormon serta mengurangi resistensi insulin—dua faktor penting dalam penanganan PCOS (Narasi, 2023).

Tidak Semua Serba Positif

Namun, di balik manfaatnya, diet vegan juga memiliki tantangan tersendiri. Jika tidak dirancang dengan baik, diet ini berpotensi menyebabkan kekurangan beberapa nutrisi penting, seperti vitamin B12, zat besi, omega-3, dan protein berkualitas tinggi (Craig & Mangels, 2009). Kekurangan ini bisa berdampak pada energi, fungsi otak, dan sistem kekebalan tubuh.

Penting untuk diingat bahwa tidak semua makanan vegan otomatis sehat. Produk-produk olahan vegan, seperti “daging” tiruan atau camilan tinggi gula, tetap dapat mengandung bahan aditif dan kadar natrium yang tinggi. Oleh karena itu, prinsip “makan makanan utuh, alami, dan seimbang” tetap menjadi kunci, terlepas dari pola makan yang dianut.

Jadi perlu diingat bahwa efektivitasnya sangat bergantung pada bagaimana diet tersebut dirancang dan dijalankan yaa sobat UVERS!

 

Referensi:

Craig, W. J., & Mangels, A. R. (2009). Position of the American Dietetic Association: vegetarian diets. Journal of the American Dietetic Association, 109(7), 1266–1282. https://doi.org/10.1016/j.jada.2009.05.027

Narasi. (2023). Mitos vs Fakta: Benarkah Diet Vegan Bisa Memperbaiki PCOS? Retrieved from https://narasi.tv/read/narasi-daily/mitos-vs-fakta-benarkah-diet-vegan-bisa-memperbaiki-pcos

Siloam Hospitals. (n.d.). Apa Itu Vegan? Retrieved from https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/apa-itu-vegan

Scroll to Top