Mahasiswa UVERS dibekali Pendidikan Multibudaya oleh Menteri Negara Riset dan Teknologi RI Kabinet Persatuan Nasional 1999-2001

[post-views]

Indonesia adalah negeri yang terlahir dari keberagaman. Dari Sabang hingga Merauke, berjuta budaya, bahasa, dan adat istiadat berpadu dalam harmoni yang membentuk jati diri bangsa. Namun, keberagaman ini bukan sekadar keindahan yang bisa dinikmati dari kejauhan, ia adalah tantangan yang harus dirawat, dijaga, dan dipahami. Tanpa pemahaman yang mendalam, mozaik indah bernama Indonesia dapat retak oleh gesekan kepentingan dan ego primordial. Oleh sebab itu, pendidikan multibudaya menjadi kunci untuk memperkuat persatuan dalam keberagaman, menjadikannya bukan sekadar semboyan, tetapi sebuah kesadaran kolektif yang hidup dalam sanubari setiap anak bangsa.

Dalam upaya menanamkan nilai-nilai tersebut, Universitas Universal (UVERS) kembali menegaskan komitmennya dengan menggelar seminar bertajuk “Pendidikan Multibudaya sebagai Medium untuk Memperkuat Kesatuan dan Persatuan Bangsa”. Seminar yang berlangsung pada Senin (17/03) ini menghadirkan Dr. Muhammad A.S. Hikam, seorang akademisi sekaligus Menteri Negara Riset dan Teknologi pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid. Acara ini turut dihadiri oleh ratusan mahasiswa, dosen, serta tokoh penting lainnya, termasuk Dcs Liyas Masri, Ketua Umum Yayasan Pancaran Maitri, dan Dr. techn. Aswandy, M.T., Rektor UVERS.

Dalam pemaparannya, Dr. Muhammad A.S. Hikam menggarisbawahi bahwa UVERS merupakan perguruan tinggi yang unik karena mengusung nilai pembangunan budaya dan peradaban manusia. Ia mengapresiasi konsistensi UVERS dalam mengedepankan konsep dunia satu keluarga, sebuah nilai yang selaras dengan semangat kebhinnekaan Indonesia. Ia menegaskan bahwa sejak dahulu, Indonesia adalah negara yang berhadapan dengan keberagaman identitas primordial. Alih-alih menjadi sumber perpecahan, keberagaman ini seharusnya dipahami sebagai kekuatan yang menyatukan.

“Masyarakat Indonesia secara otomatis adalah bagian dari kebhinnekaan. Akan menjadi aneh jika ada yang berusaha memonopoli identitas primordial,” ujarnya. Menurutnya, manusia tidak bisa menghindari kenyataan adanya perbedaan, tetapi justru harus menjadikannya sebagai jembatan untuk membangun kesepahaman. Sejarah telah membuktikan bahwa Indonesia mampu merajut persatuan dari berbagai latar belakang budaya, salah satunya melalui bahasa. Sejak Sumpah Pemuda 1928, Bahasa Indonesia telah menjadi simbol pemersatu yang melampaui ribuan bahasa daerah.

Lebih lanjut, Dr. Muhammad A.S. Hikam mendorong mahasiswa UVERS untuk lebih terbuka terhadap keberagaman, terutama karena Batam sebagai kota perbatasan memiliki interaksi budaya yang kuat dengan Singapura dan Malaysia. Ia juga menekankan bahwa mahasiswa UVERS memiliki keunikan tersendiri karena mereka memiliki kesempatan untuk kuliah sambil bekerja. Dengan begitu, implementasi pendidikan multibudaya tidak hanya terbatas di lingkungan akademik, tetapi juga dapat diterapkan di tempat kerja dan dalam interaksi sosial yang lebih luas.

Seminar ini menjadi pengingat bahwa kebhinnekaan bukanlah sekadar realitas yang harus diterima, melainkan sebuah warisan yang harus dijaga dan diperjuangkan. UVERS, dengan nilai dunia satu keluarga-nya, terus berkomitmen untuk melahirkan generasi yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki kepekaan sosial dan kesadaran akan pentingnya hidup berdampingan dalam keberagaman. Sebab, dalam keberagaman yang dirawat dengan baik, Indonesia akan terus bersinar sebagai bangsa yang besar dan penuh harmoni. (AS)

Scroll to Top