Lagi ngerjain tugas, lalu ada lagu lama yang nggak sengaja keputar. Tiba-tiba otak kamu kayak jalan sendiri ke masa lalu keinget momen nongkrong sama teman lama, nonton konser bareng, atau bahkan sekedar momen bercengkrama sama keluarga.
Tenang, kamu nggak sendirian kok sobat UVERS. Banyak orang mengalami hal serupa, dan ternyata ada penjelasan ilmiahnya kenapa musik bisa bikin kita “kembali” ke masa lalu bahkan lebih cepat dari mesin waktu mana pun!
Lagu Itu Kayak Pemantik Memori di Otak
Waktu kita dengerin musik, otak nggak cuma terima suara, tapi juga ngaktifin bagian yang ngatur emosi dan ingatan, yaitu hipokampus dan amigdala (Jakubowski, Farrugia, Halpern, Sankarpandi, & Stewart, 2015). Itulah kenapa satu lagu bisa ngingetin kita ke peristiwa tertentu dan yang kebayang nggak cuma gambarannya, tapi juga perasaannya.
Lagu-lagu lama jadi semacam shortcut ke masa lalu. Kayak tombol “kenangan” yang kalau dipencet, langsung muter ulang momen-momen berharga yang mungkin udah lama kita lupakan.
Penelitian juga bilang, lagu yang kita dengerin saat remaja (sekitar umur 12–20 tahun) bakal lebih nempel di otak. Ini karena di masa itu, kita lagi banyak-banyaknya ngalamin hal baru dan ngebentuk jati diri dan musik biasanya jadi pelengkap momen-momen penting itu (Krumhansl & Zupnick, 2013).
Makanya, lagu-lagu dari zaman sekolah sering bikin kita merasa “pulang.” Karena waktu dengerin, bukan cuma nadanya yang muncul tapi juga kenangan tentang siapa diri kita saat itu.
Musik = Mesin Waktu yang Bisa Dimainin Kapan Aja
Ada istilah menarik dari penelitian: musik disebut sebagai “mesin waktu emosional” (Janata, 2009). Karena dengan satu lagu aja, kita bisa langsung terseret ke satu titik waktu tertentu. Bahkan lebih efektif dari lihat foto atau baca jurnal harian.
Dan karena sekarang semuanya serba digital, kita bisa akses lagu-lagu lama kapan pun. Spotify, YouTube, TikTok semua bikin nostalgia jadi lebih instan.
Menariknya, fenomena ini nggak cuma berlaku buat generasi yang hidup di era lagu itu rilis. Banyak Gen Z sekarang juga suka lagu-lagu tahun 90-an atau 2000-an meskipun mereka belum lahir waktu itu.
Jadi, kalau kamu tiba-tiba mellow atau bahagia banget cuma gara-gara denger lagu lama itu wajar. Itu otak dan hati kamu yang kerja sama menghidupkan kenangan.
Musik bukan cuma hiburan, tapi penghubung ke masa lalu, penguat identitas, bahkan bisa jadi alat komunikasi yang powerful. Karena kadang, yang bikin orang ingat bukan apa yang kita bilang, tapi apa yang mereka rasain.
Sumber
- Janata, P. (2009). The neural architecture of music-evoked autobiographical memories. Cerebral Cortex, 19(11), 2579–2594. https://doi.org/10.1093/cercor/bhp008
- Jakubowski, K., Farrugia, N., Halpern, A. R., Sankarpandi, S. K., & Stewart, L. (2015). The influence of emotion on memory for musical excerpts. Psychology of Music, 43(5), 721–735. https://doi.org/10.1177/0305735614537000
- Krumhansl, C. L., & Zupnick, J. A. (2013). Cascading reminiscence bumps in popular music. Psychological Science, 24(10), 2057–2068. https://doi.org/10.1177/0956797613486486