Gen Z Susah Fokus? Ini Dampak ‘TikTokification’ yang Jarang Disadari!

[post-views]

“Scroll… skip… swipe lagi.”

Kalimat ini bukan cuma kebiasaan, tapi sudah jadi gaya hidup digital sebagian besar Gen Z. Aplikasi seperti TikTok, Instagram Reels, dan YouTube Shorts memang menyenangkan. Visual menarik, audio yang catchy, dan durasi yang pendek bikin kita betah nonton berjam-jam. Tapi, di balik semua itu, ada satu hal yang mulai terganggu tanpa kita sadari: kemampuan fokus.

Apa itu Tiktokification?

TikTokification adalah istilah yang menggambarkan tren konten video berdurasi pendek yang kini mendominasi platform digital. Konten-konten ini dibuat sesingkat dan sepadat mungkin agar penonton tertarik sejak detik pertama, bahkan sejak thumbnail muncul. Yang jadi masalah, semakin sering kita mengonsumsi konten seperti ini, otak kita semakin terbiasa mencari hal-hal baru secara instan yang akhirnya kita jadi sulit bertahan di satu hal untuk waktu lama.

Fenomena ini bahkan disebut sebagai bagian dari “attention economy”, di mana perhatian pengguna adalah komoditas. Semakin lama kita scroll, semakin banyak iklan yang bisa ditampilkan, dan semakin besar pula keuntungan bagi platform sosial media (Albright, dalam Digital Media Journal, 2023).

Efek ‘Endless Scroll’

Kita semua mungkin pernah mengalami yang disebut endless scroll. Ambil HP sebentar, buka TikTok, niatnya cuma 5 menit, tapi tau-tau udah sejam lewat. Fenomena ini terjadi karena algoritma aplikasi terus memberikan kita konten yang relevan dan menghibur. Enggak ada jeda untuk berhenti. Akibatnya, waktu layar makin lama, terutama di kalangan anak muda. Data dari Microsoft Canada (2015) menyebutkan bahwa rata-rata rentang perhatian manusia saat ini hanya 8 detik loh

Dampaknya di Dunia Nyata

Dampak dari TikTokification tidak cuma soal hiburan. Ini mulai terasa dalam kehidupan sehari-hari Gen Z, seperti:

  • Susah fokus saat membaca teks panjang
  • Cepat bosan saat ikut kuliah atau meeting online
  • Cenderung melakukan banyak hal sekaligus (multitasking)
  • Berkurangnya kemampuan berpikir reflektif dan kritis

Dalam jangka panjang, ini bisa memengaruhi cara belajar, bekerja, bahkan cara bersosialisasi. Tantangan baru muncul, terutama bagi pendidik dan organisasi yang ingin menjangkau Gen Z dengan lebih efektif.

Apa yang Bisa Dilakukan?

Tenang, bukan berarti kita harus uninstall semua aplikasi. Tapi, kita bisa mulai mengatur ulang cara kita mengonsumsi konten digital:

  • Atur batas waktu penggunaan media sosial
    Gunakan fitur screen time untuk mengontrol durasi.
  • Jangan buka HP di tempat tidur
    Biar istirahat benar-benar jadi waktu istirahat.
  • Lakukan aktivitas non-digital
    Seperti baca buku fisik, olahraga, atau ngobrol langsung.
  • Biasakan konsumsi konten panjang secara bertahap
    Dengarkan podcast atau tonton dokumenter pendek dulu, nanti bisa meningkat.
  • Latih fokus dengan teknik Pomodoro
    Fokus 25 menit, istirahat 5 menit. efektif banget buat kerja dan belajar.

TikTokification mungkin terdengar sepele, tapi dampaknya nyata. Di tengah derasnya konten instan, penting bagi Gen Z untuk sadar bahwa fokus dan konsentrasi adalah aset penting. Jangan biarkan semua like dan swipe mengalihkan potensi kamu. Sesekali, berhenti sejenak, tarik napas, dan fokus ke satu hal. Karena kadang, deep work lebih powerful dari deep scroll.

Baca Juga :

FOMO di Era Digital : Mengapa Ini Terjadi dan Bagaimana Mengatasinya?

Sumber:

Davidson, J. (2021). The Attention Economy and the Rise of Short-Form Video. Journal of Digital Media, 14(2), 45–56.
Microsoft Canada. (2015). Attention spans: Consumer insights. Retrieved from https://time.com/3858309/attention-spans-goldfish/
Albright, J. (2023). TikTok Brain and the Concentration Crisis. Digital Media Journal, 17(1), 22–37.

https://media.lsu.co.uk/2025/04/24/scroll-culture-the-tiktokification-of-our-attention-spans/

Scroll to Top