Sobat UVERS sudah pernah mendengar istilah Job Hugging? Belakangan ini, istilah job hugging mulai muncul di media internasional sampai lokal. Banyak anak muda, bahkan pekerja berpengalaman, yang lebih memilih “pelukan hangat” sama pekerjaan sekarang daripada coba tantangan baru. Nah, sebenarnya apa sih job hugging ini? Kenapa bisa muncul, dan apa dampaknya buat dunia kerja? Yuk, kita kupas pelan-pelan.
Apa Itu Job Hugging?
Secara sederhana, job hugging adalah kecenderungan seseorang untuk bertahan di pekerjaan saat ini, meskipun sebenarnya ada peluang karier lain yang bisa jadi lebih baik. Istilah ini menjadi kebalikan dari job hopping.
Menurut Fast Company (2024), job hugging kerap didorong oleh rasa takut kehilangan stabilitas, baik dari sisi finansial maupun keamanan kerja. Pekerja yang “memeluk pekerjaan” lebih memilih kondisi yang pasti daripada mengambil risiko menghadapi hal yang tidak mereka kenal.
Sementara itu, iHire (2023) menambahkan bahwa job hugging sering kali bukan karena kepuasan kerja, melainkan ketidaknyamanan menghadapi proses rekrutmen baru: mulai dari wawancara, adaptasi budaya organisasi, hingga risiko tidak cocok di lingkungan kerja yang berbeda.
Mengapa Fenomena Ini Muncul?
Fenomena job hugging tidak lahir tanpa sebab. Beberapa faktor yang melatarbelakanginya antara lain:
- Ketidakpastian Ekonomi
Inflasi, ancaman resesi, serta berita tentang pemutusan hubungan kerja (PHK) massal di berbagai sektor membuat banyak pekerja lebih berhati-hati. Menurut Newsweek (2024), pasar tenaga kerja yang penuh tekanan membuat orang lebih memilih bertahan. - Pasar Kerja yang Melemah
Laporan Axios (2024) menyebutkan bahwa perekrutan tenaga kerja baru melambat. Artinya, peluang untuk pindah kerja lebih terbatas dibanding beberapa tahun sebelumnya. - Kecemasan Teknologi
Percepatan perkembangan kecerdasan buatan (AI) menimbulkan kekhawatiran tersendiri. Beberapa pekerja merasa ragu apakah keterampilan mereka tetap relevan di tempat kerja baru (Fast Company, 2024). - Keamanan Finansial dan Manfaat Tambahan
Banyak pekerja memilih bertahan karena pekerjaan saat ini menawarkan jaminan kesehatan, tunjangan, atau fleksibilitas yang mungkin tidak mudah ditemukan di tempat lain (Remitly, 2023). - Faktor Psikologis
Rasa takut gagal, ketidaknyamanan adaptasi, serta keterikatan emosional terhadap rekan kerja atau organisasi juga memperkuat kecenderungan job hugging (iHire, 2023).
Fenomena Job Hugging di Indonesia
Fenomena ini juga mulai terlihat di Indonesia. Penelitian Universitas Gadjah Mada (2024) menunjukkan bahwa banyak pekerja di Indonesia cenderung bertahan dalam pekerjaan saat ini, meskipun merasa kurang puas. Faktor dominannya adalah kebutuhan akan stabilitas ekonomi dan keamanan finansial.
Profesor Tadjuddin Noer Effendi dari UGM menegaskan bahwa job hugging di Indonesia erat kaitannya dengan kondisi pasar tenaga kerja yang belum sepenuhnya pulih. Tingginya tingkat pengangguran membuat pekerja lebih memilih bertahan daripada mengambil risiko kehilangan pendapatan tetap.
Job hugging adalah fenomena karier yang mencerminkan perubahan sikap pekerja di tengah ketidakpastian global. Di satu sisi, ia memberikan rasa aman dan stabilitas. Namun, di sisi lain, ia berisiko menimbulkan stagnasi dan menghambat pengembangan diri.
Bagi pekerja, kuncinya ada pada keseimbangan antara keamanan dan pertumbuhan. Sementara bagi organisasi, memahami tren ini penting untuk menjaga motivasi, loyalitas, dan produktivitas tenaga kerja.
Referensi
- Fast Company. (2024). ‘Job hugging’ is the newest career trend: Here’s what it means—and why Gen Z is into it. Retrieved from fastcompany.com
- iHire. (2023). Ask a Career Advisor: What Is Job Hugging? Retrieved from ihire.com
- Entrepreneur. (2024). What Is Job Hugging? The Latest Trend in Career Stagnation. Retrieved from entrepreneur.com
- Universitas Gadjah Mada. (2024). Job Hugging Phenomenon Emerges Amid Uncertain Labor Market. Retrieved from ugm.ac.id
- Remitly. (2023). What Is Job Hugging? Retrieved from blog.remitly.com
- Newsweek. (2024). America Has Entered a New Job Hugging Market. Retrieved from newsweek.com
- https://www.axios.com/2025/08/21/jobs-market-hiring-ai
Baca Juga : Tren Matcha di Kalangan Gen Z: Cuma Estetik atau Memang Sehat?