UVERS Hadirkan Kak Seto Dan Dr. Susianto Demi Mengkaji Esensi Estetika Kehidupan Di Era 4.0

Batam, 12 Februari 2019 – Arus globalisasi telah mendorong kehidupan manusia untuk memasuki era revolusi industri 4.0 yang didominasi oleh digitalisasi pada setiap lini kehidupan. Era 4.0 menekankan pada teknologi yang semakin canggih sekaligus memunculkan tantangan bagi manusia untuk menyeimbangkan antara teknologi dan kompetensi dalam menghadapinya. Meski kehidupan telah memasuki era 4.0, manusia tidak boleh kehilangan keindahan atau estetika dalam hidupnya. Dengan melihat fenomena tersebut, Universitas Universal (UVERS) dan Sekolah Maitreyawira menyelenggarakan seminar dengan tema “Estetika Kehidupan Era 4.0” untuk menelusuri lebih mendalam tentang nilai-nilai keindahan dalam hidup manusia.

Dr. techn. Aswandy, M.T. selaku Wakil Rektor dari UVERS melalui sambutannya memberikan pesan agar seminar tersebut dapat memberikan sharing tentang kompetensi yang harus dimiliki oleh manusia dalam menghadapi revolusi 4.0. Seminar yang dilaksanakan pada Hari Rabu (12/02) tersebut bertempat di Auditorium Harmonis Gedung C UVERS menghadirkan dua narasumber yang sangat menginspirasi, yaitu Dr. Drs. Susianto, MKM dan Dr. Seto Mulyadi, S.Psi, M.Si atau yang lebih dikenal dengan panggilan Kak Seto. Dr. Drs. Susianto, MKM selaku pakar gizi dan Presiden World Vegan Organization mengkaji estetika kehidupan manusia era 4.0 dari segi kesehatan fisik, sedangkan Dr. Seto Mulyadi, S.Psi., M.Si atau Kak Seto menguraikan topik yang sama melalui sudut pandang kesehatan psikis.

Dr. Drs. Susianto, MKM berpandangan bahwa teknologi memiliki dua sisi. Saat ini dapat dikatakan ada banyak sisi negatif yang didapat dari teknologi, namun masyarakat tidak boleh menutup mata dari banyaknya sisi positif yang dapat diperoleh dari teknologi yang semakin berkembang. Dr. Susianto berpendapat bahwa estetika kehidupan juga berhubungan dengan kesehatan fisik manusia. Ia mengajak masyarakat untuk membangun estetika kehidupan dengan memperhatikan isi piring makan dengan campaign “My Plate (isi piringku)”, melalui isi piring yang kita makan menentukan sejauh mana asupan gizi yang kita dapatkan. Kementerian Kesehatan bekerjasama dengan Indonesian Vegetarian Society (IVS) melalui Germas (Gerakan Masyarakat Sehat) mengingatkan bahwa “makan apa yang kamu punya bukan apa yang kamu mau” karena kebutuhan dan keinginan merupakan hal yang sangat berbeda. Susianto yang saat ini menjabat sebagai President of World Vegan Organisation & Vegan Society Indonesia mengajak audiens untuk lebih memperhatikan asupan gizi yang diperoleh dari makanan yang dikonsumsi. Sebagai seorang vegan, ia juga mematahkan anggapan bahwa masyarakat tidak bisa mendapatkan 4 sehat 5 sempurna hanya dari sumber nabati. Karena sebenarnya hampir seluruh kandungan gizi yang kita butuhkan ada dari sumber nabati dan salah satu kandungan gizi terbesar ada pada kacang kedelai. Melalui gaya hidup vegan ia juga mengatakan bahwa kita diajarkan untuk menghargai martabat semua kehidupan.

Setelah berbicara tentang estetika kehidupan era 4.0 dari sisi kesehatan fisik, seminar berlanjut untuk melihat dari sisi kesehatan jiwa atau psikis manusia. Kak Seto yang dikenal sebagai Psikolog dan Pemerhati Anak memberikan pandangannya tentang cara “Mendidik dengan Cinta”. Topik tersebut menjadi sorotan karena maraknya anak yang terpapar oleh dampak negatif dari kemajuan teknologi. Kak Seto berpendapat bahwa lingkungan memiliki peran yang besar dalam menciptakan kondisi tersebut. Pada dasarnya semua anak-anak senang belajar, jika diberikan lingkungan yang gembira. Orangtua dan Guru mempunyai peranan penting dalam menciptakan lingkungan gembira, dengan cara mendidik dengan cinta maka lingkungan yang gembira dapat terbentuk. Ketika anak-anak berada pada lingkungan yang dia sukai maka akan berkurang intensitasnya dalam bermain gadget. Karena pada dasarnya gadget merupakan pelarian dari anak-anak yang tidak bisa belajar pada lingkungan yang dia sukai. Beliau mengatakan bahwa Tuhan tidak pernah gagal menciptakan manusia sesuai potensi yang sudah dikehendakinya. Maka ini menuntut para Orangtua dan Guru agar memiliki cara kreatif untuk mengaitkan cara belajar dengan potensi yang anak miliki. (Sh)

Scroll to Top