Kemahiran Berbahasa Mandarin Antarkan Niko Raih Juara 1 Dalam Lomba Dubber Pada Festival Budaya Tiongkok

Bahasa Mandarin saat ini telah dinobatkan sebagai salah satu bahasa internasional sekaligus bahasa dengan penutur terbanyak di dunia. Fenomena tersebut turut meningkatkan tren dan minat terhadap penguasaan Bahasa Mandarin. Saat ini bahkan Bahasa Mandarin juga dibutuhkan di berbagai pekerjaan di masyarakat, sehingga perlu dilatih sejak dini. Kemahiran berbahasa mandarin mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Universal (UVERS) dibuktikan oleh prestasi di berbagai kompetisi.

Niko adalah salah satu mahasiswa berprestasi di Program Studi Pendidikan Bahasa Mandarin UVERS. Kali ini Niko dinobatkan sebagai Juara 1 dalam Lomba Dubber Bahasa Mandarin dalam Festival Budaya Tiongkok ke-6 yang diselenggarakan oleh Universitas Sumatera Utara secara daring. Ia menyebutkan bahwa ia tertarik untuk mengikuti kompetisi tersebut untuk mengisi waktu luang. Selain itu, dengan mengikuti kompetisi tersebut, Niko memiliki kesempatan untuk berkompetisi, melatih, dan mengeksplorasi kemampuannya dalam berbahasa mandarin.

Dalam kompetisi yang mengusung tema Akulturasi Musik dalam Budaya Indonesia-Tiongkok, mahasiswa UVERS angkatan 2018 tersebut memilih untuk turut serta dalam lomba dubber. Awalnya, ia diminta untuk memilih salah satu cuplikan video yang dipersiapkan oleh panitia. Kemudian, Niko akan berupaya untuk menguasai dialog dalam video tersebut serta membuat rekaman diri di sebelah cuplikan video sebelumnya.

Meskipun Niko telah meraih juara 1 dalam kompetisi ini, proses penilaian yang dilalui olehnya bukan proses yang sederhana. Sebagai peserta lomba dubber, panitia memberikan penilaian pada kesesuaian ekspresi dengan kalimat yang diisi oleh peserta, tentu ekspresi peserta harus sejalan dengan ekspresi dan figur dalam cuplikan video yang dipilih. Selain itu, panitia juga memperhatikan ketepatan nada Bahasa Mandarin yang diucapkan oleh para peserta. Setelah berjuang selama satu bulan dari proses pendaftaran, penjurian, dan pengumuman, Niko berhasil membuktikan kemahirannya dalam berbahasa mandarin.

Niko berprinsip, kememangan ataupun kekalahan dalam sebuah kompetisi bukan hal yang terpenting, namun pengalaman yang didapatkan jauh lebih penting dari apapun. Sebab pengalaman akan menjadi bekal dalam membangun mental dan kemampuan berbahasa. Meski proses tersebut kadang terasa sulit dan berat, namun Niko mengatakan bahwa proses-proses tersebut akan menjadi pengalaman tak terlupakan baginya. (AS)

Scroll to Top