Pandemi Covid-19 telah berlangsung lebih dari satu tahun dan memaksa manusia untuk mengubah banyak kebiasaan hidup menjadi kebiasaan berbasis digital. Kenormalan baru berbasis digital tersebut juga dirasakan oleh dunia pendidikan, mulai dari tingkat pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Tidak terasa proses belajar mengajar secara daring telah berlangsung selama satu tahun. Tidak sedikit guru, dosen, dan orangtua yang mulai menyesuaikan diri dengan kondisi tersebut.
Selama satu tahun ini, pembicaraan tentang pandemi Covid-19 menjadi menarik untuk dibahas melalui berbagai media. Khusus untuk pembahasan fenomena pendidikan di masa sulit ini, radio SeiLa FM turut mengundang Dr. Eng. Ansarullah Lawi selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Universal atau UVERS untuk membagikan pandangannya. Pembicaraan yang dibungkus dalam bentuk talkshow radio pada Selasa sore (22/06) tersebut mengusung tema “Wajah Dunia Pendidikan di Masa Pandemi dan Pemulihannya”. Dalam kesempatan ini, Dr. Eng. Ansarullah Lawi menyampaikan berbagai argumen menarik yang patut untuk disimak.
Dr. Eng. Ansarullah Lawi menyatakan bahwa pembelajaran daring telah menjadi konsekuensi dari upaya penanggulangan pandemi Covid-19 yang mensyaratkan pembatasan kontak sosial. Dalam situasi ini, orangtua, siswa, dan mahasiswa yang belum terbiasa dengan teknologi pembelajaran daring menjadi salah satu tantangan serius yang harus diselesaikan. Dengan terbatasnya interaksi tentu mengurangi efektivitas penyerapan materi oleh peserta didik. Akibatnya, kualitas dan luaran dari proses pendidikan di masa pandemi terus dipertanyakan.
“Penyelesaiannya harus melibatkan banyak pihak, mulai dari orangtua, sekolah, masyarakat, hingga pemerintah” tegas Dr. Eng. Ansarullah Lawi. Ia mengingatkan bahwa kualitas dari pembelajaran daring tidak semata menjadi tanggung jawab satu pihak meskipun saat ini peran orangtua peserta didik lebih dominan dibanding guru di sekolah. Doktor lulusan Kyushu University di Jepang tersebut memberikan contoh dukungan kuota internet bagi peserta didik dari pemerintah adalah salah satu langkah konkrit yang diambil. Di sisi lain, sekolah juga secara aktif memberikan penugasan yang menarik dan meningkatkan tingkat partisipasi peserta didik.
Terkait pemecahannya, Lawi berpendapat tidak ada metode terbaik untuk pembelajaran di masa pandemi karena fenomena masih berlangsung dan percobaan terus dilakukan oleh para praktisi pendidikan. Satu hal positif yang dapat dijadikan acuan adalah peserta didik akan semakin mahir menggunakan teknologi pembelajaran daring. Pembiasaan terhadap teknologi pembelajaran daring tersebut mutlak dilakukan sebab Lawi memprediksi pembelajaran daring tetap akan diaplikasikan meski pandemi telah berlalu mengingat efektivitas dan efisiensi yang dirasakan.
Bahkan di masa mendatang ia memprediksi akan muncul berbagai metode blanded learning atau metode pembelajaran gabungan antara daring dan luring. Bukan tidak mungkin, intensitas pembelajaran tatap muka akan semakin berkurang seiring berjalannya waktu. Pembelajaran semi tatap muka tersebut diramalkan akan menjadi wajah di masa depan dan kenormalan baru bagi dunia pendidikan. (AS)