Dr. Herman sebagai salah satu dosen dan juga meruapakan Dekan Fakultas Pendidikan, Bahasa dan Budaya baru saja mengikuti kegiatan Konferensi Internasional yang diadakan oleh Nanyang Technological University (NTU) Singapore. Beliau menjadi salah satu keynote speaker dalam “International Conference on The Challenges and Prospects of Chinese Language Teaching and Learning in Maritime Southeast Asia”. Kegiatan yang berlangsung selama dua hari pada Jumat (08/12) dan Sabtu (09/12) bertempat di NTU Singapore, menghadirkan pembicara dari berbagai negara yaitu Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, Indonesia dan juga dari Tiongkok. Konferensi tersebut dihadiri oleh hampir 200 peserta yang terdiri dari pakar, dosen, mahasiswa dari mancanegara.
Dalam konferensi tersebut, Dr. Herman berbicara tentang Pendidikan Bahasa Mandarin di Indonesia dengan subtema yang lebih spesifik pada Sejarah Singkat Perkembangan Pendidikan Bahasa Mandarin dan Tren Perkembangan Bahasa Mandarin di Kota Palembang. Beliau mengambil kota Palembang sebagai sampel pada materi yang disampaikan dan melakukan observasi sekitar 3-4 bulan untuk memperbaharui materi tentang sejarah dan tren bahasa mandarin tersebut. Pada materi yang beliau sampaikan, ada beberapa hal inti yang ingin beliau bagikan kepada audience. Pertama tentang seperti apa pendidikan atau pembelajaran bahasa mandarin di Indonesia pada zaman dulu dan sekarang. Hal ini berpengaruh pada perubahan-perubahan yang terjadi saat ini. Kemudian berbicara tentang tren perkembangan bahasa mandarin kedepannya akan seperti apa.
Hal-hal diatas tentunya membutuhkan solusi tentang bagaimana menghadapinya. Melalui materinya Dr. Herman menyampaikan bahwa, “Hal yang kita butuhkan saat ini adalah ke-Indonesia-an. Artinya dosen ke-Indonesia-an, kemudian materinya yaitu materi mandarin ke-Indonesia-an.” Ketika hal-hal tersebut telah ditangani maka masyarakat Indonesia akan sadar tentang nilai-nilai positif yang didapat ketika kita mampu berbahasa mandarin. Setidaknya bahasa mandarin saat ini mampu memberikan dukungan ekonomi pada pembelajarnya. Selain itu juga kemampuan untuk penguasaan dalam bahasa mandarin bisa membantu mencerdaskan kehidupan bangsa. Ada satu lagi materi penting yang Dr. Herman sampaikan pada konferensi tersebut tentang prinsip yang ada pada UVERS yaitu budaya Dunia Satu Keluarga. Beliau menyampaikan kepada teman-teman se-ASEAN dan Tiongkok bahwa pembelajaran bahasa mandarin adalah salah satu jembatan untuk bersama-sama menuju/untuk berjalan dalam satu koridor Dunia Satu Keluarga. (Sh)